Pandemi tidak dimungkiri telah mendorong migrasi digital ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di tengah pertumbuhan ekonomi yang fokus pada digital, perusahaan di kawasan Asia Pasifik ternyata memimpin proses ini.
Menurut laporan IDC, 28 persen perusahaan di kawasan Asia Pasifik sudah berada dalam tahap kematangan transformasi paling progresif. Pemanfaatan teknologi baru di beberapa negara seperti Tiongkok, Singapura, dan Korea juga mengalami kemajuan besar.
“Kami melihat industri yang berhadapan langsung dengan pelanggan, paling memicu lahirnya beberapa tren yang siap mendominasi 2022,” tutur Country Manager untuk Cloudera Indonesia, Erwin Sukiato dalam keterangan resmi yang diterima, Jumat (4/2/2022).
Dengan kondisi tersebut, Cloudera pun memprediksi sejumlah tren yang akan mendominasi perusahaan di 2022. Apa saja tren tersebut, simak daftarnya berikut ini:
Enterprise-wide Cloud
“Selain melihat keberlanjutan bisnis, perusahaan mengambil peluang untuk mengevaluasi kembali prioritas dan proses bisnis, serta fokus pada inovasi dengan mengakselerasi migrasi mereka ke cloud,” tutur Erwin.
Menurutnya, gerakan ini seharusnya sesuai tujuan strategis perusahaan serta didorong target untuk mendapatkan lebih banyak insight dari data yang mereka miliki. Sebab, data merupakan sumber daya strategis sekaligus menjadi jaminan bagi strateginya sendiri.
“Dengan mengadopsi strategi yang memenuhi kebutuhan bisnis dan IT, perusahaan bisa mengurangi biaya dan upaya tumpang tindih di berbagai lini bisnis, sekaligus menghindari data silo, untuk peningkatan efisiensi, skalabilitas dan agility,” ujarnya melanjutkan.
Dengan beberapa perusahaan yang mulai beralih ke cloud, Cloudera memperkirakan akan ada pergeseran fokus ke pendekatan serba inklusif yang terpusat pada migrasi cloud bersifat enterprise-wide.
Laporan Cloudera juga mengamati dampak strategi data enterprises sebuah perusahan terhadap kinerja bisnisnya. Laporan itu menunjukkan adanya perpindahan ke hybrid cloud dalam 18 bulan mendatang.
Tren Lain di 2022 Versi Cloudera
Komputasi Smart Edge
Menurut laporan terbaru Forrester, investasi smart infrastructure di kawasan Asia Pasifik akan meningkat 40 persen. Terlebih, peluncuran 5G menyajikan konektivitas yang semakin besar, memungkinkan bisnis merangkul teknologi baru untuk memanfaatkan dan menganalisa sejumlah besar data di edge.
“Kami meramalkan bisnis di kawasan ini beralih ke komputasi smart edge untuk membantu menganalisas data dengan cepat, sekaligus mengurangi latensi dan biaya.” tutur Erwin.
Dengan komputasi smart edge, menurut Erwin, Cloudera melihat peralihan menuju proses pemeliharaan yang bersifat preventif dan akhirnya prediktif, sehinga bisnis dapat memprediksi masalah sebelum terjadi kegagalan.
Keberlanjutan, DEI (Diversity, Equity and Inclusion) menjadi kunci di tahun-tahun mendatang
“Keberlanjutan dan keberagaman karyawan akan terus menjadi fokus di dunia bisnis. Kita mungkin akan melihat lebih banyak perusahan bergantung pada data untuk memastikan keberhasilan dan efektivitas inisiatif DEI (Diversity, Equity and Inclusion/Keanekaragaman, Kesetaraan dan Inklusi),” tutur Erwin
Lebih lanjut Erwin menuturkan, perusahaan bisa menggunakan data dan analisa untuk menciptakan tolok ukur yang lebih baik dan mengatur metrik, sekaligus praktik seputar sasaran bisnis termasuk soal keberlanjutan keberagaman karyawan.3 dari 3 halaman
Langkah yang Perlu Diambil di 2022
Dengan adanya tren tersebut, Cloudera menyebut perusahaan harus menyediakan waktu mengevaluasi proses bisnis mereka sebelum mengadopsi cloud dan kemampuan edge. Karenanya, penting untuk menentukan pendekatan dan strategi yang paling sesuai dalam memenuhi kebutuhan unik bisnis mereka.
“Kemampuan cloud dan/atau edge adalah sarana yang memberikan keuntungan bagi seluruh perusahaan, bukan hanya untuk menyelesaikan masalah tertentu,” ujar Erwin.
Tidak hanya itu, bisnis juga harus memastikan layanan cloud mereka bisa memberikan analisa yang terintegrasi dan multi-fungsi untuk data bisnis yang dikelola secara terpusat sekaligus aman.
Lebih lanjut Erwin menuturkan, pada 2022 dan seterusnya, perusahaan dan karyawan akan membutuhkan keterampilan digital dan soft skill untuk mendapat keuntungan dari peluang baru yang mereka hadapi.
Untuk itu, penting bagi perusahaan untuk mendorong dan memotivasi karyawan untuk mengikuti kegiatan reskilling dan upskilling. Dengan menyediakan pelatihan terkait inovasi digital, perusahaan bisa memastikan karyawan mereka sudah melek digital dan mampu mendorong transformasi efektif dalam perusahaan.
(Dam/Ysl) Sumber : www.liputan6.com/